Arsip Kategori: berita

Creating Value Warung Upnormal

Rex Marindo

Seminar Kreatif Pinasthika XVII

Pada acara Pinasthika XVIII, sebuah even rutin dan bergengsi bagi para pegiat iklan yang diadakan di Yogyakarta bulan Desember 2017 ini, salah satu mata acaranya adalah Seminar Kreatif.  Seminar ini akan menampilkan pembicara pembicara hebat di bidangnya masing masing seperti : Chow Kok Keong, Diki Satya ( Gojek ), Lucy Novita ( Kaskus ), Putra Dwi Karunia ( Brodo ), Rex Marindo ( Warung upnormal ).

Nah satu yang bakalan saya  bagikan buat teman teman pembaca adalah Seminar yang disampaikan oleh Rex Marindo.

Beliau masih muda dan sukses, setelah 8 tahun malang melintang di dunia periklanan kini semenjak 2013 Rex mengubah bisnisnya menjadi bisnis Kuliner dan hingga 2017 tak kurang dari ratusan cabang sudah dia hasilkan di antero Indonesia. Satu bisnis yang terkenal adalah Warung upnormal. Warung yang konten utamanya adalah Indomie ini kini sudah mempunyai tak kurang dari 61 cabang di Indonesia.  Sebuah prestasi yang tidak bisa diremehkan karena tentu ini membutuhkan kerja keras dari tim nya yang solid.

Apa rahasia yang Rex miliki sehingga mampu bertumbuh begitu cepat? Berikut paparan singkatnya dalam seminar tersebut, yaitu tentang apa yang disebut dengan CREATING VALUE.

Konsep “Creating value” seperti yang diterapkan oleh Rex Marindo founder “Warung upnormal” sungguh menginspirasi. Dia berbisnis biasa saja: Indomie, Nasi goreng, Kopi, Roti bakar, Sambal. namun bagaimana menjualnya dengan standar tertentu yang akan memberi nilai lebih terhadap produk yang dijualnya. Harus diciptakan value yg akan mengangkat sebuah produk.
Beliau membagikan langkah-langkah yang ditempuhnya setelah baru 4 tahun menjalani bisnis kuliner. Sebelumnya Rex adalah orang yg berbisnis dibidang periklanan.
1. Purpose : tetapkanlah tujuan bisnis Anda. Semua bisnis atau bahkan hidup Anda harus memiliki tujuan yang jelas, karena tujuan inilah yang menjadi arah untuk dikejar.
2. Number : tetapkan target berupa angka tertentu. Tidak perlu takut menetapkan angka ini. tetapkan seolah olah angka tersebut susah dicapai. tujuannya agar kita tetap bersemangat mengejarnya. Memang angka ini ditetapkan diatas kertas tetapi dalam benak Anda sudah ada gambaran bagaimana akan dapat meraihnya.
3. Strategi : inilah yg kemudian harus ditetapkan, yaitu Anda belajar bisnis tersebut secara detil. Bagaimana dia tidak takut bersaing karena persaingan harus mengalami “naik kelas”. Artinya bukan sekedar bersaing dalam hal DISKON dan BONUS saja. tetapi sudah bersaing dalam sistem, infrastruktur dsb. Beliau mencontohkan bahwa Upnorma-lnya di beberapa kota sudah mensyaratkan luas area minimal 1500 meter persegi, dapur yang dahulu cukup 30 juta saja sekarang juag sudah 800 juta per set dengan standar higienis internasional. Dengan syarat luas area sedemikian besar maka sudah barang tentu pesaing akan berpikir untuk masuk kedalamnya, dengan dapur yang bertaraf internasional maka pesaing juga tidak akan bisa sekedar ikut masuk bersaing dalam bidang yang sama karena tentu memerlukan modal yang begitu besar.
4. Work hard dan Pray hard : pada akhirnya kepada siapa kita hendak mengembalikan harta titipan ini kalau bukan kepada yg Kuasa. Misalnya Anda menetapkan bahwa sebagian keuntungan akan dipakai untuk menolong mereka yang lemah

Itu yang saya bisa bagikan untuk teman teman semua, semoga menginspirasi Anda semua.

Salam sukses
( source : Seminar Pinasthika XVIII, 16 Desember 2017 )

Penebar Hoax

Terlepas dari benar atau tidaknya kelompok penebar hoax yang baru saja ditangkap Polisi, sudah selayaknya para pemakai pemula media sosial sadar bahwa dunia yang baru saja dimasukinya itu penuh dengan hal-hal baru.  Jika didunia nyata Anda tidak mudah tertipu maka di dunia maya bisa jadi Anda mudah sekali termakan isyu yang belum pasti kebenarannya.   Hoax adalah hal bohong yang dipublikasikan seolah olah itu sebuah kebenaran. Ketika kebohongan diberitakan terus menerus melalui berbagai media/website/blog/medsos maka orang yang mendengar dan membacanya akan menganggap seolah olah itu adalah kebenaran. Maklum lah baru beberapa gelintir manusia yang paham seluk beluk yang namanya internet. Dan ketika yang jahat itu lebih menguasai dunia internet maka kita pun mudah terperdaya olehnya.

Sangat perlu sekali kita melakukan cross cek dengan media media resmi seperti Kompas, Detik dan sebagainya. Mereka sebuah perusahaan yang mempunya sekelompok orang yang melakukan pengujian sebelum berita itu muncul sebagai berita yang dikonsumsi publik. Sedangkan para penebar hoax hanya sekelompok pecundang yang dengan sengaja memberitakan hal hal yang kebanyakan bersifat melawan pemerintah dengan logika kebenarannya sendiri/menurut kelompoknya sendiri. Mengajak ajak orang untuk mengkritisi pemerintah tidaklah salah , namun menebar kebohongan adalah sebuah tindakan jahat. Orang orang awam sebagai pemula di dunia internet ada yang sebelum mendengar internet mereka adalah manusia yang bener bener awam, baca koran juga kagak pernah, denger radio juga bukan berita, lihat tipi ya Cuma infotainment. Ketika diperhadapkan dengan internet yang penuh kenyataan , penuh gambar maka mereka langsung terhipnotis, termakan dengan beritanya. Ini sekaligus menjadi tugas bagi mereka yang sudah lebih paham dunia maya untuk memberi masukan dan meluruskan kembali apa yang selama ini oleh para pemula dianggap sebagai sebuah kebenaran.

Semoga dengan ditangkapnya penebar kebohongan, penebar kebencian, Indonesia menjadi semakin maju semakin cerdas.

 

Reuni (lagi) 2017

Sabtu  17 Juni 2017 kemaren adalah hari yang bagi saya sangat menyenangkan. Karena saat itu kami alumni SMA Widya Wacana khususnya kelas 3 IPA 2 mengadakan reuni kecil.  Setidaknya 22 mantan siswa berkumpul di Solo, tempat dimana sekolah kami berada. Ada yang datang dari Jakarta, Tangerang, Gresik, Surabaya, Yogyakarta, Pacitan, Semarang.  Seru sekali, meskipun acara yang dilakukan sangat sederhana namun keakraban kami terjalin kembali. Keakraban yang selama ini hanya terjalin lewat Grup Whatsapp kin bisa lebih akrab dengan adanya jumpa darat atau kopi darat.

Sabtu siang itu kami semua berkumpul di Rumah makan d cost yang terletak di Robinson Mall Solo, satu lokasi dengan Swiss Bell Saripetojo Hotel tempat saya menginap. Diawali dengan makan siang bersama sambal bersenda gurau mengenang peristiwa peristiwa yang berkesan di masa kami masih SMA.  Tentu dilanjutkan dengan foto bersama.

Usai dikenyangkan dengan makan siang kami meluncur menuju SMA Widya Wacana di jalan Purwopuran atau di belakang resto Timlo SOLO.  Disana kami disambut Pak Muhadi yang dulu memiliki warung didepan sekolah kami.  Di sekolah itu kami napak tilas dengan cara memasuki Kelas dimana kami semua pernah memakainya saat itu.  Disana seperti biasa kami yang sudah separuh baya ini seakan lupa bahwa kami sudah setengah abad mengarungi kehidupan ini. Memang kata tua hanya disebutkan oleh mereka yang beda usia. Untuk yang seusia tidak ada kata tua, artinya sama mudanya. Disanapun kita berfoto dengan duduk di bangku siswa seolah sedang menjadi siswa SMA. Oh betapa lucunya ketika ini dilihat oleh para siswa SMA yang sebenarnya.  Namun justru disitu letak keakrabannya, kita tidak punya “rasa malu” lagi. Kami mengakhiri kunjungan singkat itu sambal memberi cindera mata tanda kasih buat Pak Muhadi, beliau Nampak senang bisa bertemu dengan mantan siswa yang Bengal Bengal ini.

Lanjut perjalanan ke Hotel Swiss Bell, kami sejenak beristirahat, mandi mandi dan bersiap untuk melanjutkan acara di malam hari. Apalagi kalau bukan icip icip kuliner.  Kami harus berbesar hati ketika salah seorang teman kami Sri Mulyo atau lebih dikenal dengan Si Doel harus pulang kembali ke Jogja lebih awal dikarenakan putra tercintanya sakit.

Malam hari kami melanjutkan perkulineran kami ke Nasi Liwet mbok Inem di Solo baru, waktu itu hari belum sampai jam 7 malam.  Seusai dari sana rombongan melanjutkan perjalanan menuju Kafe angkringan Gula Klapa yang berlokasi di Kartasura, cukup jauh dari Kota namun cukup mudah dicapai karena lokasinya di jalan raya Kartasura. Kafe angkringan ini punya halaman parkir mobil cukup luas dan lokasi untuk nongkrong pun tertata dengan baik. Ada yang untuk rombongan besar maupun grup kecil, grup keluarga, pasangan.  Disana juga ada hiburan Live Music, yang saat itu kebetulan salah seorang kawan kita Ninik menyumbangkan 2 lagu yang sangat berkesan buat kita semua. Selepas dari Gula Klapa beberapa teman berpamitan karena sudah akan pulang keesokan paginya, sungguh mengharukan pertemuan singkat ini sangat mengesankan.

IMG-20170619-WA0059

Cuss kembali keHotel kami beberapa orang merasa masih belum sembuh kangennya. Dilanjutkan dengan ngobrol dan ngopi lagi di sebuah Café kecil yang bernama Omah Londo. Sebuah kafe bernuansa vintage kekunoan. Pernik kuno, benda benda kuno, lantai kuno aaah pokoknya cocok sangat untuk kami yang juga sudah agak agak kuno ini. Waktu bergulir begitu cepat sehingga sudah menunjukkan pukul 00.00, kamipun bergegas kembali ke Hotel untuk beristirahat.

Keesokan harinya kawan kami yang Surabaya dan Gresik meluncur dengan kereta 07.40 dari Stasiun Balapan. Saya masih menemani Jack Joko berbelanja bingkisan lebaran di Hartono Mall Solo, setelah sebelumnya sarapan kedua dengan Tahu Kupat Solo yang sangat ngangeni.

Ah ngga terasa waktu berlari dan 16.10 sudah tiba, sayapun kembali ke Jogja. Semalam di SOLO penuh kenangan tak terlupakan.

Panama Papers yang bikin keder

Ditengah tengah maraknya pemberantasan korupsi oleh KPK didalam negeri. Tiba tiba kita dihentakkan oleh berita dengan judul Panama Papers. Rasa rasanya sebagai orang awam saya tidak terlalu paham dengan istilah tersebut.  Mulanya Tabloid TEMPO memuat pada edisinya tertanggal 5 April 2016, berita tersebut ditempatkan pada halaman 7.  Berita tersebut dipublikasikan secara serentak oleh labih kurang 100 media di seluruh dunia.

Lantas apa sebenarnya Panama Papers tersebut? Panama Papers tidak lain sebuah daftar nama yang bersifat bocoran. Nama nama yang dibocorkan tersebut adalah yang menjadi Klien dari sebuah perusahaan Firma Hukum asaal Panama yang bernama Mossack Fonseca. Oleh Karen itu skandalnya disebut sebagai Panama Papers merujuk pada asal perusahaan Firma Hukum tersebut.

Adapun nama nama mereka tercantum disana karena konon pernah memakai Firma tersebut untuk mendirikan perusahaan di yurisdiksi bebas pajak di luar negeri. Ada banyak nama pengusaha Indonesia yang tercantum disana. Bahkan pengusaha pengusaha yang masuk majalah Forbes pun pernah memakai jasa Firma Hukum asal Panama tersebut.

Inilah hasil kerja selama setahun ratusan jurnalis yang berasal dari 76 negara yang sudah bekerja semenjak tahun 2015. Mereka tergabung didalam The International Consortium of Investigative Journalists ( ICU ). TEMPO mulai bergabung semenjak tahun 2015 melalui surat elektronik Dari Deputi Direktur ICU Marina Walker Guevara.

Selamat buat kerja keras ini, kerja keras yang sangat bersinergi dengan arah kebijakan Pemerintahan Jokowi. Semoga ini menjadi feeder yang baik untuk Pemerintah Jokowi untuk menciptakan pemerintahan yang bebas korupsi.

Disarikan dari Tabloid berita TEMPO

Target sebuah agama bukanlah pada jumlah penganutnya

Belakangan beredar sebuah hasil penelitian dan proyeksi dari Pew Research Centre, dalam penelitian tersebut diperoyeksikan bahwa jumlah penganut agama agama didunia pada tahun 2050 akan mencapa jumlah tertentu.  Saya agak tergelitik dengan adanya survey semacam ini karena menurut pandangan saya bahwa keberhasilan sebuah agama bukan ditentukan oleh berapa jumlah penganutnya. Kalau hanya dinilai dari keberhasilannya meraih penganut maka agama tidak lebih hanya sebuah komoditi yang diperjual belikan untuk meraih omset tertentu. Karena didalam agama yang diniliai lebih banyak ke masalah spiritualitas atau hubungan kita dengan Sang Pencipta yang oleh orang beragama dipanggil Allah atau Tuhan, bukankah demikian.  Sangat memalukan adanya jika ternyata jumlah yang banyak tersebut tidak diiringi dengan kualitas yang baik. Artinya sudah terjadi pergeseran focus dari menjadikan seseorang mengenal Tuhan, melaksanakan kehendakNya, menjauhi laranganNya menjadi berlomba dalam jumlah, asal jumlah tercapai maka seolah olah agama tersebut menjadi pemenang. Tentu ada banyak cara kalau hanya sekedar meningkatkan jumlah penganut agama, salah satunya adalah dengan program memperbanyak kelahiran diantara para penganut yang ingin tercapai jumlah/targetnya. Bukan pada bagaimana melakukan pemeliharaan atau maintenance terhadap iman mereka. Masalah jumlah saya pikir bukan isyu pokok yang menentukan apakah penganutnya akan berkualitas benar benar melaksanakan kehendak nabinya atau Tuhannya atau hanya sekedar sebuah organisasi  yang tidak lebih dari organisasi sekuler berlabel agama, kumpulan orang orang yang melegitimasi dan berbangga hati karena merasa sudah berlabel agama X. Inilah yang rupanya harus disadarkan bagi kita.

Tugas pemimpin umat bukanlah terpaku dalam pencapaian jumlah tertentu namun lebih dari sekedar mempertobatkan mereka yaitu memelihara iman mereka, menyediakan lingkungan/komunitas yang baik bagi pertumbuhan iman penganut agama. Soal jumlah adalah urusan Tuhan, bahwa Tuhan tidak menilai iman seseorang juga dari banyaknya penganut sebuah agama. Sejauh mana kita sebagai umat yang sudah bertobat itu melakukan transformasi menjadi penganut agama yang punya iman yang dewasa, menjadi manusia manusia yang berdampak positif terhadap keluarga, lingkungan dan negaranya. Kita bukan hendak menjadi sebuah batalyon tentara yang akan melawan musuh, namun sesungguhnya orang beragama harus menjadi contoh teladan bagi siapapun yang menjumpainya. Kita seperi kitab yang terbuka yang dibaca semua orang, kadang kadang orang awam melihat agama dari perbuatan kita sehari hari, ketika perbuatan kita ternoda sesungguhnya masyarakat akan menilai langsung kepada agama yang kita anut, meskipun ini juga bukan cara yang bijaksana.